Tahukah engkau, dimana ia bersemayam?
Dialah saudaramu…kemana ia melangkah?
Sanggupkah matamu memandangnya?
Sedang matanya tak sanggup menatapmu?
Saudaramu hidup laksana sejarah
Berjalan beriringan mengikuti langkahmu
Tanpa bahasa yang dapat menyapa
Bercucur air mata jika bersua
Jika bumi menghimpitnya
Hanya hatimu tempat mengadu
Engkau bermurah hati tanpa pamrih
Memupus duka nestapa yang ia derita
Engkau memikul beban berat tanggungannya
Ketika letih pilu merasuk kedua bahunya
Jika bumi menghimpitnya
Hanya hatimu tempat mengadu
Engkau selimutkan tirai di sekujur tubuhnya
Ketika syaitan datang memperdayanya
Engkau tersenyum bangga dengan ranum buah akhindit
Engkau bahagia pula dengan kesuburan
Ladang dunia saudaramu
Jika bumi menghimpitnya
Hanya hatimu tempat mengadu
***
-Duhai, ingin rasanya aku tetap hidup bersama mereka
Sehingga jika perpisahan harus tiba saat itulah ajalku pun tiba
Rumahku ada di antara rumah-rumah mereka
Di antara pusara mereka pula
jasadku terbaring
-Tiada yang berubah pada diriku sejak kita berpisah
Selain selaksa duka dan derita yang mengharu biru
Adakah orang yang bahagia tinggal di rumah
nan indah
Tanpa orang-orang terkasih yang mengelilinginya
-Dulu kami selalu mengunjungimu
Saat itu kita sekampung, namun setelah berpisah
Kita harus menghitung waktu untuk menemuimu
Padahal gejolak rindu hati ini tiada terperi
Sementara penyair lain berujar:
Aku heran, mengapa selalu merindukan mereka
Menanyakan keadaannya kepada setiap orang yang kutemui
Padahal mereka di sini bersamaku
Mataku mencari mereka kesana-kemari
Padahal mereka ada di dekat pelupuknya
Hatiku bergejolak merindukannya
Padahal mereka ada di antara tulang rusukku
Berikut ini ungkapan indah lainnya dari seorang penyair:
Sekalipun wajahku tak dapat menatapmu lagi
Namun cinta dan ukhuwah tidak akan pernah sirna
Aku tidak akan berhenti memujimu
Dari kejauhan, bersama untaian doa
Jiwaku akan selalu merindukanmu
Bersua bersama penuh ketulusan dan cinta
Penyair berikut ini mencoba menggambarkan kebanggaan dan kerinduan terhadap sahabat:
Ketika orang yang mengasihimu ini mencium
semerbak aroma kerinduan
Kedua matanya tergerak melantunkan ayat-ayat
dari surah al-Mursalat
Dalam kelapangan dada ini
Sesukamu engkau boleh tinggal
Karena itulah arti tertinggi bagi hati yang bersemi
Dapatkah malam-malam ini membahagiakan hati kita
diteruskan oleh fajar Subuh
Agar menghapus penantian panjang penuh duka
Sahabat-sahabatku…
Menjaga cinta adalah ibarat hutang
Kita masih tetap seperti dahulu kala
Benar apa yang dikatakan oleh Umar bin Khathab: “Pertemuan dengan sahabat dapat menghilangkan duka.”
Sufyan pernah ditanya: “Apakah kebahagiaan hidup itu?”
Ia menjawab:“Berjumpa dengan sahabat.”
Yang dinyatakan oleh Sufyan adalah benar, karena menurut pepatah: “Sahabat
yang tulus ibarat perhiasan di kala senang, benteng kukuh di kala
susah. Jika melihatnya, hati merasa senang, jiwa menjadi tenang, dan
duka pun sirna.”
Seorang penyair berkata:
Jiwanya adalah jiwaku, jiwaku adalah jiwanya
Hasratnya adalah hasratku, hasratku adalah hasratnya
Perasaan
yang tulus membuat seseorang merasa sangat kehilangan ketika berjauhan.
Ia tersiksa karena berpisah dengannya. Perasaan ini diabadikan oleh
seorang penyair dalam untaian puisi, ketika ia menangisi kepergian
sahabatnya:
Ketika kita harus berpisah
Antara aku dan engkau
Seperti aku dengan seorang raja
Karena telah lama kita selalu bersama
Namun kini kita lalui malam tanpa kebersamaan
Atau seperti yang dinyatakan oleh seorang penyair:
Aku sang musafir dengan dua jiwa
Jiwa pertama ikut bersama
Sedang jiwa kedua tergadai sahabat dan saudara
Penyair lain mengatakan:
Semua nestapa yang menimpa sepanjang masa
Kurasa ringan tak berarti
Kecuali perpisahan dengan orang-orang tercinta
Betapa harunya perpisahan antara orang-orang yang saling mencintai, baik setelah berpisah atau ketika awal perpisahan.
Seorang penyair melukiskan:
Biarkanlah kata sabar menghiasi ucapan perpisahan
Dari orang yang memendam rindu kepada dirimu
Menyesal atas semua yang telah berlalu
Karena tiada bekal untuk perjalanan abadi
Penyair lain berkata:
Wahai Abu Bakar
Sekalipun beribu peristiwa dan jarak memisahkan kita
Kami tak pernah kehilangan nyawa
Hanya gelora rindu yang menyesak di dada
Diriku hampa karena tulus cintamu kini tiada
Juga budi luhur yang menyingkap awan
penutup purnama
Ketika kuhantarkan dirinya ke gerbang perpisahan
Seakan kuhantar jasad orang tua ke haribaan abadi
Ketika kulepas dengan lambaian perpisahan
Seakan jiwaku sedang melepas seluruh
kebahagiaan diri
Tak sanggup kutatap kepergiannya
Karena tatapan hanya menambah pilu tak terperi
Dulu, sebulan bagaikan sehari
Namun kini, sehari bagaikan bulan-bulan
yang tak henti
Berkata Khalid bin Shafwan: “Manusia
yang paling lemah adalah yang enggan bersahabat, dan lebih lemah lagi,
orang yang memutuskan tali persahabatan yang pernah terjalin.”
Seorang bijak mengatakan: “Harta karun yang paling berharga adalah sahabat sejati.”
Yang lain berkata: “Sahabat yang suka membantu adalah ibarat lengan dan siku.”
Seorang penyair berkata:
Banyak orang mempunyai beragam angan-angan
Sedang angan-anganku dalam kehidupan
Hanya seorang sahabat yang rela berbagi nasib
Kami berdua laksana satu ruh
Yang dibagi untuk dua tubuh
Tubuh kami dua
Namun ruh kami satu
Menurut al-Kindi: “Sahabat adalah seorang manusia, dia ini kamu, hanya saja dia adalah orang lain.”
Orang bijak mengatakan: “Barangsiapa
enggan menjalin persahabatan, niscaya hidupnya dipenuhi permusuhan dan
kehinaan. Aku bersaksi bahwa sahabat sejati adalah kekayaan yang paling
berharga dan bekal yang paling istimewa, karena ia adalah sebagian dari
jiwa dan penghapus duka.”
Sementara pepatah bijak lainnya menyatakan: “Seringkali seorang sahabat lebih dicintai daripada saudara kandung sendiri.”
Mu’awiyah pernah ditanya: “Apa yang paling engkau sukai?” Ia menjawab: “Seorang sahabat yang mendorongku agar mencintai rakyat.”
Ibnul-Mu’taz berkata: “Orang yang dekat terasa jauh karena permusuhan, sementara orang yang jauh terasa dekat karena cinta dan kasih sayang.”
Seorang penyair berkata:
Kaum kerabat seringkali mengkhianatimu
Namun orang yang sanggup memenuhi janji
Justru orang yang tak senasib denganmu
Seorang penyair menggambarkan:
Kurasa engkau selalu menjauh dariku
Maka aku pun menjauh seperti yang kau mau
Jauh darimu sungguh menyakitkanku
Namun kedekatanku menyakitimu
Apa yang harus kulakukan wahai sahabatku?
Namun, jika
sahabatmu sebetulnya memang tidak suka menjalin hubungan ukhuwah
denganmu, dan respons yang selama ini ditunjukkannya hanya sekadar lip service
pergaulan atau didorong oleh keterpaksaan belaka, maka tinggalkanlah.
Anda tidak perlu menjalin hubungan ukhuwah yang bersifat khusus
dengannya, biarkan hubunganmu dalam batas persahabatan islami yang biasa.
Saran ini dinyatakan oleh Imam Syafi’i dalam puisinya:
Jika seseorang membalas persahabatanmu
Dengan kepura-puraan
Jauhilah dan jangan terlanjur memberi belas kasihan
Banyak orang yang boleh mengganti kedudukannya
Dengan meninggalkan, engkau merasa lebih nyaman
Hati masih sanggup menahan sabar menanti sang kekasih
Walau jarak terlalu jauh memisahkan
Tidak semua orang yang kau suka
Akan suka kepadamu
Dan tidak semua orang yang kau beri kesetiaan
Akan membalas dengan ketulusan
Jika persahabatan tidak tercipta secara alami
Apalah arti sebuah cinta yang penuh kepalsuan
Apalah arti seorang sahabat
Jika sanggup mengkhianati sahabatnya
Berubah sikap dari cinta menjadi dendam
Melupakan keindahan hubungan yang pernah terjalin
Membuka rahasia yang selama ini dijaga
Apa arti kehidupan dunia jika tidak melahirkan
Seorang sahabat nan setia, memegang janji
lagi baik hati
Malik bin Dinar berkata: “Dua insan tidak akan terikat dalam jalinan ukhuwah, kecuali jika masing-masing memiliki sifat yang sama dengan sahabatnya.”
Karena itu,
betapa banyak orang yang berjumpa sekilas dalam perjalanan, kemudian
berubah menjadi teman yang sangat dekat. Ada juga orang yang anda kenal
melalui sahabat lama, kemudian ia menjadi sahabat yang lebih dekat
ketimbang sahabat lama itu sendiri. Hal tersebut biasa terjadi, karena
anda menemukan beberapa kesamaan perasaan, kesenangan, pemahaman, dan
idea.
Separti yang dinyatakan oleh seorang penyair:
Berapa banyak sahabat yang kau kenal melalui sahabat
Ia lebih dekat denganmu daripada sahabat lama
Seorang sahabat yang kau temui dalam perjalanan
Setelah sampai tujuan ia menjadi sahabat sejati
Seorang penyair membahasakan:
Jika engkau ingin berteman
Maka carilah seorang sahabat
Yang penuh malu, menjaga diri dan murah hati
Ia berkata ‘tidak’ jika engkau katakan ‘tidak’
Dan jika kau katakan ‘ya’ ia menjawab juga ‘ya’
Aku selalu menutup pandangan dari kesalahan sahabat
Karena takut menjalani hidup tanpa sahabat
Penyair lain berkata:
Orang yang enggan menutup pandangan
dari kekurangan sahabat
Sampai akhir hayat, ia takkan dapat sahabat tanpa cacat
Orang yang selalu menghitung-hitung kesalahan
Sepanjang hayat tak ada sahabat tanpa cacat
Penyair yang lain pula menyatakan:
Terimalah sahabatmu dengan segala kekurangannya
Sebagaimana kebaikan mesti diterima walau kecil wujudnya
Terimalah sahabatmu
Karena jika sekali ia menyakiti
Lain kali ia membahagiakan
Seorang penyair menuturkan hal ini dalam untaian indah bait puisinya:
Pergaulilah sahabatmu dengan segala kekurangan
yang dimilikinya
Jagalah agar tetap mencintainya sekalipun jauh berpisah
Orang yang paling lama menderita adalah
Pendamba sahabat sejati tanpa kekurangan
Tidak ada orang yang hidup tanpa cela, seorang penyair mengungkapkan:
Jangan kurangi cintamu kepada sahabat
Hanya karena melihatnya melakukan sekali kesalahan
Tiada sahabat tanpa cacat
Sebesar apa pun upayamu untuk mencarinya
Kita terkadang
tidak suka melihat perangai seseorang. Tetapi ketika ia pergi, dan kita
telah bergaul dengan orang lain, ternyata orang itu lebih buruk
perangainya. Maka saat itulah mata kita baru terbuka, dan melihat
sisi-sisi baik sahabat pertama yang tidak pernah diperhitungkan
sebelumnya.
Seorang penyair mengungkapkan hal ini dalam puisinya:
Pernah kusakiti hati sahabatku,
Salam dengan teguran
Namun setelah berpisah dan mencoba bersahabat dengan
banyak orang
Akhirnya harus kutangisi kepergian seorang sahabat
Karena itu,
Anda harus yakin bahwa siapa pun tidak akan lepas dari kekurangan,
manusia tetap sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kudratnya.
Mereka tetap manusia sama dengan dunia, harus ada cela terlihat oleh
mata atau nampak ibarat noda dalam air jernih kiranya tidak adil jika
harus mendapat sahabat yang baik sementara dirimu tidak baik perangai
dan tatakrama.
Seorang penyair berkata:
Jangan patah hati karena seorang sahabat menyakitimu
Banyak orang yang menyalahi
Tapi tetap murah hati penuh derma
Jika sahabatmu menyalahi, tetaplah pertahankan
hingga akrab kembali
Sementara engkau menjadi lebih pemurah
lagi terbuka
Orang bijak mengatakan: “Adakah orang alim yang tak pernah salah, adakah pedang yang tak tumpul, adakah orang baik yang tak pernah berubah.”
Sebuah pepatah mengatakan: “Orang
yang mencari sahabat dengan syarat tidak melihat kesalahannya dan tetap
mencintainya, ibarat seorang musafir yang sesat; semakin jauh
melangkah, semakin jauh pula dari negeri tujuan.”
Sa’id bin al-Musayyab berkata: “Tiada
orang yang mulia, alim, atau hebat yang terbebas dari kekurangan. Namun
yang penting adalah, sebagian kalangan manusia tidak baik jika
dibeberkan kekurangannya.”
Jika
seseorang mampu mengendalikan emosi dan berusaha keras agar tetap
terfokus dengan sisi-sisi positif pada diri sahabatnya, selalu yakin
bahwa kebaikannya jauh lebih banyak dari kekurangannya, niscaya tidak
akan menzhalimi sahabat atau membuatnya marah. Jika suatu waktu ia
dibayangi oleh kesan negatif karena kesalahan yang pernah dilakukan
olehnya, maka ia mencoba merenungkan emosinya dan mengatakan pada
dirinya:
Jika ia pernah menyakitiku
Dengan perlakuan buruk satu kali
Maka ia pernah berbuat baik kepadaku berkali-kali
Jika sang kekasih melakukan satu kesalahan
Segala kebaikannya membuka lebar pintu maaf
Cinta
yang besar dan prasangka baik terkadang betul-betul menutup pandangan
seseorang terhadap kekurangan sahabat, seakan-akan kekurangan tersebut
tidak pernah ada, seperti yang dinyatakan oleh seorang penyair:
Aku tidak pernah melihat kekurangan sang kekasih
Tidak pula sebagian perangainya selama aku menyukainya
Pandangan suka akan menutup semua kekurangan
Sementara pandangan benci akan memperbesar
setiap kesalahan
Seorang penyair berkata:
Aku suka seorang sahabat yang serasi
Dan menutup mata dari segala kesalahan kecilku
Seorang penyair berkata:
Pertahankanlah hubunganmu
dengan orang-orang yang baik hati itu
Sekalipun mereka menuduhmu memutuskan persahabatan
Membuka pintu maaf dan lapang dada
atas kesalahan mereka
Adalah pilihan sikap yang tepat
Penyair lain berkata:
Tunjukanlah kepadaku orang
yang jika aku marah atau suka
selalu membalas dengan hati terbuka dan penuh sabar
Banyak orang yang sanggup memberi pengertian kepada musuh, maka seharusnya mereka lebih mampu melakukannya kepada sahabat.
Dalam untaian bait puisinya, Imam Syafi’i berkata:
Ketika aku memaafkan dan tidak menyimpan iri di hati
Jiwaku tenteram bebas dari tekanan rasa permusuhan
Kuucapkan salam di saat berjumpa lawan
agar menahan bibit permusuhan
Dengan ucapan salam kutampakkan wajah berseri kepada orang yang kubenci
seakan berbunga hatiku penuh kecintaan
Manusia adalah penyakit
Penawarnya dengan cara mendekati
Jika menjauhi berarti mengabaikan cinta sejati
Qadhi at-Tannukhi berkata:
Temuilah musuhmu dengan muka ceria
Seakan-akan begitu segar indah berseri
Orang yang paling tenang akan menemui musuhnya
Dengan memendam dengki namun berbaju cinta
penuh arti
Kelembutan adalah anugerah
Ucapan yang terbaik adalah kejujuran
Kebiasaan gurau berlebihan akan membuka pintu
permusuhan
Seorang penyair berkata:
Jika tidak sanggup melawan musuhmu maka coba dekati
Mulailah dengan gurau
Karena gurau membuka kedekatan hati
Dekatilah
Karena api akan padam oleh air yang meredamnya
Api membuat matang
Namun wataknya selalu membakar
Oleh
karenanya, tidak baik jika tetap bertahan untuk saling menjauhi atau
memutuskan hubungan ukhuwah hanya karena kesalahan kecil yang sulit
dihindari selama masa persahabatan.
Hubungan kita tetap tak bergeming sepanjang waktu
Namun keretakan yang kini terjadi
Hanya ibarat tetes hujan musim semi
Dikau takut
Ketika melihatnya begitu deras membasahi bumi
Betapapun derasnya hujan musim semi
Ia tetap akan segera berhenti
Jangan
menyakiti hati sahabat yang datang untuk minta maaf dengan penuh
penyesalan atas kesalahan yang pernah ia buat. Perlakukanlah sahabatmu
sebagaimana kamu suka diperlakukan jika berada dalam posisinya.
Jika seorang sahabat datang memohon maaf
Dengan pengakuan atas kesalahan yang dilakukan
Jagalah jangan sampai engkau memarahinya
Dan maafkanlah
Sesungguhnya pemaaf adalah identitas pribadi sejati
Yunus an-Nahwi berkata: “Jangan
musuhi seseorang, jika kamu mengira ia tidak akan memusuhimu. Jangan
ragu untuk bersahabat dengan siapa saja, sekalipun kamu kira ia tidak
akan menguntungkanmu. Sesungguhnya kamu tidak pernah tahu, kapan harus
waspada terhadap musuh dan kapan perlu bantuan seorang sahabat. Jika ada
yang meminta maaf darimu, maka maafkanlah, sekalipun kamu mengetahuinya
hanya berpura-pura, agar kamu tidak banyak menyalahkan manusia.”
Betapa indah pepatah seorang Arab Badwi yang mengatakan: “Orang yang penuh kasih sayang adalah yang mau memaafkan dan mendahulukan kepentingan saudaranya.”
Abdullah bin Mu’awiyah bin Ja’far bin Abu Thalib berkata:
Jangan surut kasihmu terhadap sahabat
Hanya karena melakukan satu kesalahan
Tidak ada sahabat yang bebas dari kekurangan
Walau setinggi apa pun idamanmu ketika mencari
Jika benar tuduhanmu bahwa aku pernah menyakitimu
Biarlah kuterima, tapi di manakah perasaan ukhuwahmu
Jika kamu menyakiti untuk membalas perbuatanku
Dimana kebaikan dan keluhuran budimu
Seorang penyair berkata:
Jangan terlalu banyak menyalahkan
Karena waktu kita sangat sempit
Suasana terkadang tenang
Namun terkadang juga bergejolak
Aku tak pernah menangisi atau kecewa
Karena pasang surut sikapnya
Hanya aku betul-betul menangis
Ketika ia pergi tak kembali
Ukhuwah mengikat begitu banyak manusia
Jika mereka sudah bersatu
Tak terasa kesusahan masa lalu
Barangkali sisa umur kita terlalu pendek
Buat apa kita terus saling menyalahkan
Tanpa mengenal waktu
Penyair lain berkata:
Mulai hari ini kita kembali saling kenal
Menutup lembaran hitam masa lalu
Seakan tiada kejadian atau peristiwa
Seakan tiada ‘kamu pernah bilang’
Atau ‘kami pernah berkata’
Jika benar-benar tiada pilihan kedua
Maka tegurlah dengan baik tanpa membawa duka
Dalam keadaan inilah, Abu Darda’ menyatakan: “Menegur seorang saudara adalah lebih baik daripada harus berpisah dengannya.”
Demikian pula dengan pepatah yang mengatakan: “Teguran dapat menjaga kelangsungan hubungan baik antara sesama manusia.”
Berkata seorang penyair:
Jika tak menegur berarti tiada cinta
Cinta tetap bertahan selama ada teguran
Sa’id bin Humaid berkata:
Jika sahabatmu terlalu sering berbuat dosa
Maka bersikaplah antara tetap dekat dan menghindari
Tegurlah karena seringkali ia mau membuka
Kejelasan masalah yang selama ini tertutupi
Atau jauhilah, semoga lebih bermanfaat
Jika kamu gagal dengan teguran
Maafkanlah jika ia berubah
Sadar atas kesalahan dan mau kembali
Sikap maaf dari orang yang mampu adalah lebih baik
Jika sebenarnya ia sanggup memberi saksi
Sesungguhnya kamu tahu semua
Orang yang hidup pasti berdosa
Yang tidak melakukan dosa
Hanya mereka yang sudah terkubur mati
Seorang penyair berkata:
Banyak orang yang tinggal jauh
Namun ia dekat di hati
Banyak orang yang tinggal berdekatan
Namun hatimu tak mampu menyukai
Apalah arti jauh dan dekat
Melainkan hanya permasalahan nurani
Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa pada suatu saat Abu ‘Ubaid bin Salam datang berkunjung kepada Imam Ahmad bin Hanbal, ia berkata: “Wahai Abu Abdillah (panggilan Imam Ahmad), melihat kedudukanmu, seharusnya aku mengunjungimu setiap hari.”
Imam Ahmad menjawab: “Jangan
berkata seperti itu. Sesungguhnya beberapa sahabatku tidak pernah
bertemu kecuali hanya sekali dalam satu tahun, namun aku yakin mereka
lebih tulus daripada orang-orang yang bertemu denganku setiap hari.”
Ini
merupakan realiti, ketulusan cinta tidak harus terbatas pada
orang-orang yang sering bertemu. Sebaliknya, kita sering bertemu dengan
orang yang tidak disukai bahkan menyebalkan.
Seperti yang digambarkan oleh seorang penyair:
Di antara nestapa dunia bagi seseorang adalah
Harus selalu bertemu musuh yang mustahil jadi sahabat
Al-Yazidi mengatakan: Dalam sebuah pertemuan aku melihat Khalil bin Ahmad,
ia duduk di sudut ruangan yang beralaskan karpet. Khalil memberiku
tempat duduk, namun aku tidak mau membuatnya susah karena terlalu
sempit. Melihat keenggananku, Khalil berkata: “Sesungguhnya
lubang jarum tidak terlalu sempit bagi dua orang sahabat yang saling
mencintai. Sebalikya, dunia ini tidak cukup luas bagi dua orang yang
bermusuhan.”
Ungkapan seperti itu menunjukkan bahwa Anda betul-betul mencintai sahabat.
Kisah lainnya diriwayatkan oleh Muhammad bin Sulaiman. Suatu ketika Muhammad bin Sulaiman berkata kepada Ibnu Sammak: “Aku mendengar isu yang menyisihkanmu.” Ibnu Sammak menjawab: “Aku tidak peduli.” Dengan nada heran Muhammad bin Sulaiman bertanya lagi: “Kenapa demikian?” Ibnu Sammak segera menjawab: “Karena jika isu itu benar, aku yakin kamu pasti memaafkannya. Namun jika tidak benar, kamu tentu menolaknya.”
Seorang Salaf menulis surat kepada sahabatnya: “Amma
ba’du, jika aku punya banyak sahabat yang tulus, maka engkaulah yang
menempati urutan pertama di antara mereka. Dan jika sedikit, maka engkau
adalah orang yang paling tulus di antara mereka. Namun jika sahabatku
itu hanya seorang, maka engkaulah orangnya.”
Umar bin Khaththab berkata: “Janganlah cinta membuatmu terbelenggu oleh beban yang berat, dan janganlah rasa bencimu membuatmu hancur lebur.”
Abul-Aswad berkata:
Cintailah kekasihmu dengan cinta yang sederhana
Karena kamu tidak tahu kapan ia menjauhimu
Jika harus benci, maka bencilah
Tapi jangan menjauhi
Karena kamu tidak tahu
Kapan harus kembali
Beberapa
penyair berselisih ketika mencoba mendefinisi-kan kata ’sahabat’, dan
perselisihan tersebut dirangkai dalam bait-bait berikut:
Mereka berkata sahabat:
Adalah orang yang tulus cintanya
Dan tidak menipu
Yang lain berkata:
Ia adalah yang tidak menuduh
Dengan mengatakan ‘kamu’ atau ’saya’
Ada juga yang berkata:
Ia adalah kata yang tidak jelas maknanya
Dalam kehidupan maya
Di zaman klasik, Labid berkata:
Telah tiada orang-orang yang kuanggap kawan sejati
Tinggallah diriku hidup
Di tengah masyarakat kerdil
Ibarat kulit yang terkelupas
Dari penyakit yang sudah kering
Berkata al-Busti:
Kebanyakan manusia
Yang datang mengunjungimu
Jika bertemu
Justru lebih banyak menambah dosa
Maka janganlah engkau peduli
Apakah mereka mau pergi
atau datang lagi
Seorang penyair berkata:
Telah tiada
Orang yang layak diteladani
Ia selalu mengingkari segala perbuatan
Tinggallah diriku
Di tengah manusia tak berguna
Hidup saling mengandalkan
Ibarat si buta yang menjaga
Orang yang sama butanya
Berkata ‘Alam al-Huda:
Telah tiada orang
Yang jika kau beri kebaikan
Membalasnya dengan kebaikan sama
atau lebih sempurna
Tinggallah diriku di tengah kaum
Yang buruk perangainya
Selalu mengingkari kebaikan
Yang pernah kuberi padanya
Sementara
itu ada pula yang bingung menghadapi fenomena sahabat, karena sikapnya
yang saling bertentangan dan selalu berubah. Ia menggambarkan
kebingungannya dalam untaian puisi:
Kulihat pada dirimu
Kumpulan akhlak baik dan buruk
Engkau adalah sahabat yang
Persis dengan sifat yang kusebut
Dibilang dekat tapi jauh
Dungu tapi cerdas
Sesaat dermawan lalu bakhil
Taat tapi juga maksiat
Lisanku akhirnya bingung
Harus menghina atau memuji
Hatiku pun menilai
Dirimu antara tidak tahu dan mengerti
Engkau bagaikan bunglon
Sehingga membuatku seakan buta
tak mengerti
Apakah engkau angin semilir atau badai prahara
Aku tidak menipumu
Menasihati pun tidak
Karena tak tahu
Kuputuskan tuk tidak menilaimu
Ada juga yang kecewa karena pernah dikhianati oleh sahabatnya, ia berkata:
Ketahuilah bahwa orang-orang
Yang pernah kupilih sebagai sahabat
Bagaikan ular pasir
Yang tak segan menggigit kawan
Semula mereka kuanggap baik
Namun setelah berteman
Aku bagaikan orang
Yang tinggal di lembah kering tiada tumbuhan
Di antara mereka, ada yang menyatakan dalam puisinya:
Kesetiaan adalah sebuah kata
Yang pernah kudengar saja
Namun tak pernah kutemukan wujud dan bekasnya
Aku takkan pernah menuntut dari siapa saja
Aku benar-benar kecewa
Dengan sahabat yang tega berkhianat
Siapa yang berangan-angan
Menemukan sahabat sejati di bumi ini
Dia adalah manusia
Yang tak pernah mengenal hakikatnya sendiri
Penyair lain mengatakan:
Jalanilah hidup ini
Bersama seorang sahabat setia
Dapat dipercaya kapan saja
Namun jika tidak
Jalanilah hidup ini dengan seorang diri
“Cintailah
kekasihmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia menjadi musuhmu pada suatu
saat nanti. Dan bencilah musuhmu sesederhana mungkin, siapa tahu ia
menjadi sahabat dekatmu pada suatu saat nanti.”
Seorang bijak berkata: “Jika kawanmu sanggup menyebut keburukan seseorang di hadapanmu, maka ketahuilah bahwa engkau adalah giliran berikutnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar